Sunday, April 19, 2020

Fungsi Larutan Penyangga dalam Tubuh Makhluk Hidup


Fungsi Larutan Penyangga dalam Tubuh Makhluk Hidup

pH darah di dalam tubuh makhluk hidup selalu berkisar 7,4. Hal ini karena semua caitan tubuh merupakan larutan penyangga yang menjaga agar pH darah selalu konstan saat proses metabolisme berlangsung. Larutan penyangga yang terdapat di dalam plasma darah manusia dan hewan dapat dibuktikan. Jika ke dalam 1 L darah normal (pH = 7,4) dimasukkan 0,01 mol HCI, pH-nya berubah menjadi 7,2 (terjadi penurunan 0,2). Padahal, jika 0,01 mol HCI dimasukkan ke dalam 1 L larutan yang isotonik dengan darah, seperti larutan NaCI, pH larutan berubah dari 7,0 menjadi 2. Oleh karenanya, berbagai obat yang dimasukkan ke dalam tubuh seperti cairan obat suntik, cairan infus, dan obat tetes mata dibuat’mendekati pH cairan tubuh. Larutan penyangga yang berperan di dalam tubuh manusia di antaranya penyangga hemoglobin, penyangga karbonat, dan penyangga fosfat.
Penyangga Hemoglobin
Hemoglobin atau Hb merupakan zat warna darah atau pigmen darah. Hemoglobin dapat menjaga pH darah tetap terkontrol. Prosesnya dimulai saat oksigen masuk ke dalam tubuh. Oksigen dibutuhkan oleh manusia untuk bernapas. Oksigen yang dibutuhkan masuk ke dalam kapiler darah yang menyelubungi alveolus. Sebagian besar oksigen tersebut akan diikat oleh hemoglobin dan diangkut ke sel-sel jaringan tubuh. Adanya oksigen yang mengoksidasi darah mengakibatkan warna darah menjadi merah terang. Sementara itu, darah yang belum teroksidasi oksigen akan berwarna merah gelap. Reaksi oksidasi darah sebagai berikut.
Pada proses metabolisme, tubuh akan menghasilkan C02. C02 ini akan bergabung dengan H2O membentuk H2CO3 (asam karbonat) dalam darah. Terbentuknya H2CO3 mengakibatkan meningkatnya konsentrasi ion H+ sehingga pH berubah menjadi sekitar 4,5. Sementara itu, hemoglobin yang telah melepaskan oksigen akan berubah menjadi basa. Oleh karena itu, hemoglobin akan mampu mengikat kelebihan H+ dari H2COdan membentuk asam hemoglobin. Dengan demikian, pH di dalam darah tetap konstan.
Beberapa gangguan kestabilan pH darah, yaitu asidosis dan alkalosis. Asidosis yaitu penurunan pH darah karena turunnya kadar basa dalam darah. Gangguan ini terjadi saat pengangkutan CO2. Faktor yang mengakibatkan asidosis yaitu penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit gula (diabetes melitus), buang air besar berlebihan (diare), olahraga berlebihan, serta mengonsumsi makanan yang mengandung protein tinggi dalam jangka waktu lama. Sementara itu, alkalosis adalah peningkatan pH darah karena adanya akumulasi garam basa dalam darah. Faktor yang mengakibatkan alkalosis di antaranya perasaan cemas, berada di tempat dengan kadar oksigen rendah, muntah- muntah, atau bernapas secara berlebihan (hiperventilasi) karena cemas, histeris, atau berada di ketinggian.

Penyangga Karbonat dan Penyangga Fosfat

Di dalam tubuh, darah manusia juga mengandung larutan penyangga karbonat (H2C03/HC03) dan larutan penyangga fosfat (H2PO4/HPO24). Penyangga fosfat mempunyai harga pKa = 7,2. Sementara itu, penyangga karbonat mempunyai harga pKa = 6,1. Harga pKfosfat lebih besar daripada harga pKa karbonat sehingga di dalam darah terdapat lebih banyak penyangga fosfat daripada penyangga karbonat. Sistem penyangga H2PO4 dengan HPO24– di dalam darah bekerja sebagai berikut.
Apabila di dalam darah terdapat basa, reaksi yang terjadi:
H2PO4 + OH ↔ HPO24 + H20
Apabila di dalam darah terdapat asam, reaksi yang terjadi:
HPO24 + H3O+ ↔ H2PO4 + H2O
Jadi, sistem penyangga H2PO4 dengan HPO24  berfungsi mencegah perubahan pH di dalam darah. Penyangga fosfat juga terkandung cji dalam air luaah untuk membantu menetralkan asam yang masuk ke dalam mulut yang dapat<merusak email gigi. Penyangga ini menjaga pH mulut tetap sekitar 6,8.

Fungsi Larutan Penyangga dalam Kehidupan Sehari-hari

Larutan penyangga digunakan dalam berbagai bidang, seperti kimia analitis, biokimia, bakteriologi, obat- obatan (farmasi), fotografi, industri kulit, zat warna, industri makanan, pertanian, dan pengolahan limbah industri. Rentang pH tertentu yang sempit diperlukan untuk mencapai hasil yang optimum dalam berbagai bidang tersebut. Misal suatu enzim dapat bekerja pada pH tertentu dan sangat sensitif terhadap perubahan pH.
Dalam bidang industri makanan, misal industri pengalengan buah-buahan juga membutuhkan larutan penyangga. Larutan penyangga tersebut berfungsi sebagai pengawetyang mengaturtingkat keasaman (pH).
Misal asam sitrat dan natrium sitrat. Kedua zat tersebut merupakan larutan penyangga yang biasa ditambahkan pada buah-buahan yang dikalengkan. Selain itu, asam sitrat juga biasa digunakan untuk mengatur tingkat keasaman pada produk air susu, selai, dan jeli. Jika pH terjaga maka produk makanan tersebut tidak mudah rusak oleh bakteri. Sementara itu, penyangga juga diperlukan untuk mengatur pH pada pengolahan limbah industri. Sebelum diolah, pH limbah diatur sedemikian rupa sehingga saat dibuang limbah tersebut tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
Demikian penjelasan yang bisa kami sampaikan tentang Fungsi Larutan Penyangga Dalam Tubuh Dan Kehidupan Sehari-hari. Semoga postingan ini bermanfaat bagi pembaca dan bisa dijadikan sumber literatur untuk mengerjakan tugas. Sampai jumpa pada postingan selanjutnya.



Sunday, April 5, 2020

LARUTAN PENYANGGA


LARUTAN PENYANGGA

A.   Pengertian Larutan Penyangga
Larutan penyangga adalah suatu sistem larutan yang dapat mempertahankan nilai pH larutan agar tidak terjadi perubahan pH yang berarti oleh karena penambahan asam atau basa maupun pengenceran. Larutan ini disebut juga dengan larutan buffer atau dapar.
Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat berbagai reaksi kimia yang merupakan reaksi asam basa. Sebagai contoh, reaksi beberapa enzim pencernaan dalam sistem biologis. Enzim pepsin yang berfungsi memecah protein dalam lambung hanya dapat bekerja optimal dalam suasana asam, yakni pada sekitar pH 2. Dengan kata lain, jika enzim berada pada kondisi pH yang jauh berbeda dari pH optimal tersebut, maka enzim dapat menjadi tidak aktif bahkan rusak. Oleh karena itu, perlu ada suatu sistem yang menjaga nilai pH di mana enzim tersebut bekerja. Sistem untuk mempertahankan nilai pH inilah yang disebut dengan larutan penyangga. Hal ini terjadi sebagaimana dalam larutan ini terdapat zat-zat terlarut bersifat “penahan” yang terdiri dari komponen asam dan basa. Komponen asam akan menahan kenaikan pH sedangkan komponen basa akan menahan penurunan pH.

B.   Fungsi Larutan Penyangga

Larutan penyangga banyak digunakan dalam analisis kimia, biokimia dan mikrobiologi. Selain itu, dalam bidang industri, juga banyak digunakan pada proses seperti fotografi, electroplating (penyepuhan), pembuatan bir, penyamakan kulit, sintesis zat warna, sintesis obat-obatan, maupun penanganan limbah.
Di dalam tubuh makhluk hidup juga terdapat larutan penyangga yang sangat berperan penting. Dalam keadaan normal, pH darah manusia yaitu 7,4. pH darah tidak boleh turun di bawah 7,0 ataupun naik di atas 7,8 karena akan berakibat fatal bagi tubuh. pH darah dipertahankan pada 7,4 oleh larutan penyangga karbonat-bikarbonat (H2CO3/HCO3) dengan menjaga perbandingan konsentrasi [H2CO3] : [HCO3] sama dengan 1 : 20. Selain itu, dalam cairan intra sel juga terdapat larutan penyangga dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H2PO4/HPO42−). Larutan penyangga H2PO4/HPO42− juga terdapat dalam air ludah, yang berfungsi untuk menjaga pH mulut sekitar 6,8 dengan menetralisir asam yang dihasilkan dari fermentasi sisa-sisa makanan yang dapat merusak gigi.

a.     Larutan penyangga asam

Dalam larutan buffer asam yang mengandung CH3COOH dan CH3COO, terdapat kesetimbangan:
CH3COOH(aq) CH3COO(aq) + H+(aq)
Setelah disusun ulang, persamaan pH larutan di atas akan menjadi persamaan larutan penyangga yang dikenal sebagai persamaan Henderson – Hasselbalch sebagaimana persamaan berikut ini:
Jika a = jumlah mol asam lemah, g = jumlah mol basa konjugasi, dan V = volum larutan penyangga,

b.     Larutan penyangga basa

Dalam larutan buffer basa yang mengandung NH3 dan NH4+, terdapat kesetimbangan:
NH3(aq) + H2O(l) NH4+(aq) + OH(aq)


Jika b = jumlah mol basa lemah, g = jumlah mol asam konjugasi, dan V = volum larutan penyangga,
C.   Prinsip Kerja Larutan Penyangga
Larutan penyangga mempertahankan pH berdasarkan prinsip kesetimbangan. Anda masih ingat apa yang mempengaruhi nilai pH?
Yaa…benar! Konsentrasi H+ untuk larutan yang bersifat asam dan konsentrasi OH untuk larutan yang bersifat basa!!
Bagaimana nilai pH jika konsentrasi H+ dan OH dalam larutan adalah tetap? Yaa..anda benar lagi! Nilai pH juga akan tetap!!
Nah..sekarang anda akan mempelajari bagaimana prinsp kerja larutan penyangga dalam mempertahankan pH! Konsentrasi!!
a.     Prinsip Kerja Larutan Penyangga Asam
(Misal: HNO2/NO2 yang dibuat dari campuran HNO2 dengan NaNO2)
Perhatikanlah gambar berikut!

a.     pH Larutan Penyangga

pH larutan penyangga tergantung oleh konsentrasi asam lemah/ basa lemah, konstanta kesetimbangan asam lemah/ basa lemah dan konsentrasi garamnya. Dalam suatu sistem larutan penyangga akan terdapat dua jenis reaksi yaitu reaksi kesetimbangan asam lemah/ basa lemah dan reaksi ionisasi garamnya.
1.     Menghitung pH Larutan Penyangga Asam

https://anggiwilianandini.files.wordpress.com/2011/05/1.png?w=390&h=190
Konstanta kesetimbangan asam lemah:
 https://anggiwilianandini.files.wordpress.com/2011/05/2.png?w=129&h=56
                                                                                         sehingga:
https://anggiwilianandini.files.wordpress.com/2011/05/3.png?w=129&h=59
                                                                                 maka:
https://anggiwilianandini.files.wordpress.com/2011/05/4.png?w=232&h=45
                                                                              dan diperoleh:
https://anggiwilianandini.files.wordpress.com/2011/05/5.png?w=154&h=34



2.     Menghitung pH Larutan Penyangga Basa

https://anggiwilianandini.files.wordpress.com/2011/05/6.png?w=416&h=193
Konstanta kesetimbangan basa lemah:
https://anggiwilianandini.files.wordpress.com/2011/05/7.png?w=155&h=57
                                                                                      sehingga:
https://anggiwilianandini.files.wordpress.com/2011/05/8.png?w=181&h=61
                                                                               maka:
https://anggiwilianandini.files.wordpress.com/2011/05/9.png?w=272&h=49
                                                          Sehingga diperoleh:
https://anggiwilianandini.files.wordpress.com/2011/05/10.png?w=182&h=71




D. Cara Menghitung pH dan pOH Larutan Penyangga Buffer Asam dan Basa, Rumus Menentukan, Contoh Soal, Pembahasan, Kimia - Sebelumnya, pelajarilah terlebih dahulu materi tentang jenis larutan penyangga.
Marilah kita tinjau larutan yang mengandung campuran asam lemah dengan basa konjugasinya, misalnya CH3COOH dengan CH3COO. Kita ketahui bahwa hampir semua ion CH3COO dalam larutan berasal dari garam sebab CH3COOH hanya sedikit sekali yang terionisasi (James E. Brady, 1990).
CH3COOH D CH3COO + H+

Ka = 
[H+] = Ka . 
–log [H+] = –log Ka – log 
pH = pKa – log 

Karena dalam satu larutan mengandung CH3COOH dan CH3COO, maka rumus di atas dapat ditulis :

pH = pKa – log https://blogger.googleusercontent.com/img/proxy/AVvXsEj2XBUeDEuGfcUKzrH0OYXXGvlkxSF6S-9myMU0nUg2Nb1bSvBEQAZ6l9rp_0r3HIVaNcsgJiYyKUp9C3QYWe2XuWbmxVq1gmi6d7K9i6aR247aFopsUtkG4tMIdg_z9h41NF9ZHXimPOh9lMtYAOGjBpudZvjLwXY7R5pUUATVELtN=s0-d
dengan : 

Ka = tetapan ionisasi asam lemah
a = jumlah mol asam lemah
g = jumlah mol basa konjugasi
Sekarang marilah kita tinjau larutan yang mengandung basa lemah dengan asam konjugasinya. Misalnya, NH3 dan NH4+ yang berasal dari garam (James E. Brady, 1990).
D.   Cara Membuat Larutan Penyangga
Larutan buffer selalu mengandung komponen asam dan basa, dengan asam serta basa konjugasi. Sehingga campuran itu mampu mengikat ion H+ sekaligus ion OH-. Sehingga pada penambahan sedikit asam kuat maupun basa kuat, tidak akan mengubah pH secara signifikan.
Campuran asam lemah dan garamnya (berasal dari asam lemah dan basa kuat), cara kerjanya bisa dilihat dari larutan buffer yang mengandung CH3COOH dan CH3COO- yang mampu mengalami keseimbangan. Prosesnya adalah berikut ini:

a.     Pada Penambahan Asam

Ketika penambahan asam (H+) akan menggeser keseimbangan ke kiri. Yakni ketika ion H+ ditambah dan akan bereaksi terhadap ion CH3COO-. Alhasil kemudian terbentuk molekul CH3COOH.
CH3COO-(aq) + H+(aq)-> CH3COOH(aq)

b.    Pada Penambahan Basa

Bila basa ditambahkan, maka ion OH- dari basa akan bereaksi terhadap ion H+ dan membentuk air. Penambahan itu mampu mengakibatkan keseimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion H+ tetap dipertahankan.
Jadi, penambahan basa itu akan mengakibatkan berkurangnya komponen asam (CH3COOH), bukan ion H+. Basa yang ditambah itu akan bereaksi terhadap asam CH3COOH dan membentuk ion CH3COO- dan air.
CH3COOH(aq) + OH-(aq)-> CH3COO-(aq) + H2O (l)

Sedangkan campuran basa lemah dan garamnya (berasal dari asam kuat dan basa lemah), cara kerjanya bisa dilihat dari larutan buffer yang mengandung NH3 dan NH4+. Prosesnya ada di bawah ini:


a.     Proses Penambahan Asam

Bila ditambah asam, ion H+ dari asam akan mengikat ion OH-. Ini akan mengakibatkan keseimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan.
Suatu sisi penambahan ini akan mengakibatkan berkurangnya komponen basa (NH3), bukan ion OH-. Asam yang ditambah akan bereaksi dengan basa NH3 dan membentuk ion NH4+.
NH3(aq) + H+(aq)-> NH4+(aq)

b.    Pada Penambahan Basa

Bila basa ditambahkan, keseimbangan bergeser ke kiri sehingga konsentrasi ion OH- bisa dipertahankan. Basa yang ditambahkan bereaksi dengan komponen asam (NH4+) membentuk basa (NH3) dan air.
NH4(aq) + OH-(aq) -> NH3(aq) + H2O (l)


Wednesday, March 25, 2020


HIDROLISIS GARAM
                
Pengertian Hidrolisis Garam adalah Hidrolisis berasal dari kata hydro yang berarti air dan lysis yang berarti peruraian. Sehingga definisi hidrolisis garam adalah reaksi peruraian yang terjadi antara kation dan anion garam dengan air dalam suatu larutan.
Sifat garam ialah Terdapat tiga miskonsepsi yang ditemukan baik pada kelas B maupun kelas A.
Pertama, sebanyak 18,75% siswa pada kelas A dan 15,62% siswa pada kelas B beranggapan bahwa garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah memiliki sifat asam karena mengalami hidrolisis anion menghasilkan ion H3O+ sehingga konsentrasi ion H3O+ di dalam air bertambah. Miskonsepsi ini sama dengan yang ditemukan oleh Nurpertiwi (2014). Secara teori, garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah bersifat asam karena kation dari basa lemah terhidrolisis menghasilkan ion H3O+ , sehingga jumlah ion H3O+ dalam larutan bertambah.
Anion yang berasal dari asam kuat tidak terhidrolisis melainkan terhidrasi dalam larutan. Dengan ditemukannya miskonsepsi ini, dimungkinkan karena siswa masih belum memahami kriteria ion yang mengalami hidrolisis dalam larutan dan ion yang dihasilkan dari hidrolisis kation dan anion. Sehingga siswa masih berpikir bahwa penentu sifat asam pada garam adalah ion yang berasal dari asam kuat. Secara teori, ion yang mengalami hidrolisis adalah ion yang berasal dari asam lemah atau basa lemah.
Kedua, sebanyak 3,12% siswa pada kelas B beranggapan bahwa garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat memiliki sifat asam karena mengalami hidrolisis anion menghasilkan ion H3O+ sehingga konsentrasi ion H3O+ di dalam air bertambah. Miskonsepsi tersebut terjadi karena kemungkinan siswa masih belum bisa menentukan senyawa asal ion pembentuk garam yaitu asam kuat, asam lemah, basa kuat atau basa lemah. Kemungkinan lainnya yaitu siswa masih belum memahami kriteria ion yang mengalami hidrolisis dalam larutan dan ion yang dihasilkan dari hidrolisis kation dan anion. Menentukan senyawa asal ion pembentuk garam merupakan kemampuan penting untuk bisa memahami konsep sifat garam.
Ketiga, sebanyak 9,37% siswa pada kelas A beranggapan bahwa garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah memiliki sifat asam karena mengalami hidrolisis kation menghasilkan ion H3O+ sehingga konsentrasi ion OH- di dalam air berkurang, sedangkan siswa pada kelas B tidak mengalami miskonsepsi ini. Miskonsepsi ini sama dengan yang ditemukan oleh Nurpertiwi (2014). Berdasarkan temuan tersebut, dapat diketahui bahwa siswa sudah memahami penyebab garam tersebut bersifat asam adalah hidrolisis kation yang menghasilkan H3O+ namun siswa tidak memahami bahwa ion OHtetap tidak berkurang. Hal ini dimungkinkan karena siswa tidak memahami aspek mikroskopik yang terjadi dalam larutan.
Sifat Garam (Netral)
Terdapat dua miskonsepsi yang ditemukan baik pada kelas B maupun kelas A. Pertama, sebanyak 15,62% siswa pada kelas A dan 3,12% siswa pada kelas B beranggapan bahwa pada garam yang terbuat dari asam kuat dan basa kuat bersifat netral, konsentrasi H3O+ sama dengan OH- , karena tidak akan terlarut dalam air sehingga konsentrasi H3O+ dan OHtidak bertambah. Kedua, sebanyak 15,62% siswa pada kelas A beranggapan bahwa pada garam yang terbuat dari asam kuat dan basa kuat bersifat netral, konsentrasi H3O+ sama dengan OH- , karena menghasilkan ion H3O+ dan OHsehingga jumlah ion H3O+ dan OHsama banyak dalam air, sedangkan kelas B tidak mengalami miskonsepsi ini. Miskonsepsi kedua ini sama dengan miskonsepsi yang ditemukan oleh Nurpertiwi (2014). Mereka hanya memahami bahwa pada kondisi netral, jumlah ion H3O+ dan OH- dalam larutan sama namun tidak memahami penyebabnya. Konsep yang benar adalah pada garam yang terbuat dari asam kuat dan basa kuat bersifat netral, konsentrasi H3O+ sama dengan OH- , tidak menghasilkan ion H3O+ dan ion OH sehingga tidak mengubah jumlah H3O+ dan OH- dalam air (Whitten dkk, 2013:733). Masih ditemukannya miskonsepsi ini dimungkinkan karena siswa belum memahami reaksi yang terjadi pada larutan ketika garam dimasukkan dalam air dan kriteria ion yang mengalami hidrolisis. Senyawa garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat ketika dimasukkan ke dalam air akan terurai menjadi ion-ionnya, namun tidak mengalami hidrolisis melainkan hidrasi.
Sifat Garam (basa)
Terdapat dua miskonsepsi yang ditemukan baik pada kelas B maupun kelas A. Pertama, sebanyak 3,12% siswa pada kelas B beranggapan bahwa garam yang berasal dari basa lemah dan asam kuat bersifat basa, karena mengalami hidrolisis parsial yaitu anionnya terhidrolisis menghasilkan ion OH- , sedangkan siswa pada kelas A tidak mengalami miskonsepsi ini. Kedua, sebanyak 3,12% siswa pada kelas B beranggapan bahwa garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat memiliki sifat basa karena mengalami hidrolisis anion menghasilkan asam lemah. Konsep yang benar adalah garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat bersifat basa karena mengalami hidrolisis anion menghasilkan ion OHsehingga ion OH- didalam air lebih banyak daripada ion H3O+ . Hal ini dimungkinkan karena siswa belum memahami kriteria ion yang mengalami hidrolisis dalam larutan dan ion yang dihasilkan dari hidrolisis kation dan anion

SIFAT ASAM-BASA LARUTAN


Pencampuran larutan asam dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Reaksi asam dengan basa membentuk garam di sebut reaksi penetralan. Namun demikian, garam dapat bersifat asam, basa maupun netral.


Sifat garam bergantung pada jenis komponen asam dan basanya. Garam dapat terbentuk dari asam kuat dengan basa kuat, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan basa lemah, atau asam lemah dengan basa lemah.


Jadi, sifat asam basa suatu garam dapat ditentukan dari kekuatan asam dan basa penyusunnya. Sifat keasaman atau kebasaan garam ini disebabkan oleh sebagian garam yang larut bereaksi dengan air. Proses larutnya sebagian garam bereaksi dengan air ini disebut hidrolisis (hidro yang berarti air dan lisis yang berarti peruraian).

JENIS GARAM YANG DAPAT TERHIDROLISIS


Garam terdiri dari empat jenis, yang terbagi berdasarkan komponen asam basa pembentuknya